Banyak di Baca
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Sekolahku adalah salah satu sma negeri di semarang. Di balik
pagar tinggi, ada sebuah kisah yang tidak pernah masuk buku tahunan.
Kelas 12F selalu kosong. Bukan karena kekurangan murid, tapi
karena... tidak boleh dipakai. Bahkan guru-guru pun menghindar membahasnya.
Aku, Rina, murid kelas 12B, awalnya tidak peduli. Sampai
suatu hari, aku mendapat tugas piket tambahan karena datang terlambat.
Hari itu, sekolah sudah sepi. Langkahku menggema di koridor.
Saat melewati dekat kelas 12F, aku melihatnya—pintu yang biasanya terkunci
rapat, terbuka sedikit.
Perasaan tidak enak langsung menyergap. Tapi rasa penasaran
lebih kuat.
Aku mendekat.
Sunyi. Gelap. Tapi di balik bayangan itu, terdengar suara...
seperti suara perempuan menangis pelan.
"Tolong… jangan kunci aku di sini lagi…"
Suara itu lemah, seperti suara bisikan. Aku mundur satu langkah. Dan saat itu
juga... pintu tertutup sendiri dengan keras.
Aku terdiam. Menahan napas. Lalu perlahan, terdengar
ketukan… dari dalam.
Tok… Tok… Tok…
Keesokan harinya, aku cerita ke Dimas, sahabatku sejak SMP.
Dia justru tertarik dan bilang:
"Katanya dulu, ada seorang siswi yang meninggal di kelas itu. Namanya
Tania. Dia menghilang saat ujian akhir, dan mayatnya… nggak pernah
ditemukan."
Aku mengira Dimas hanya bercanda, sampai dia menunjukkan
foto lawas dari perpustakaan.
Aku hampir menjatuhkan buku itu.
Tania berdiri di pojok foto kelas 12F… tapi wajahnya kabur.
Seperti sengaja dikaburkan. Matanya menghadap kamera. Langsung ke arahku.
Dimas hanya tertawa. “Itu cuma efek cetakan tua.”
Tapi malamnya… aku bermimpi. Aku berada di dalam kelas 12F.
Kursi-kursinya tua dan penuh debu. Dan di bangku paling belakang, ada sosok
perempuan… rambut panjang, kepala tertunduk… mengenakan seragam SMA lengkap.
"Aku belum selesai ujian," katanya tanpa
mengangkat kepala.
"Kamu bantu aku, ya?"
Aku terbangun sambil teriak.
Tanganku penuh keringat, dan… ada bekas tulisan pulpen di
telapak kiriku:
“12F Jam 12 Siang”
Hari berikutnya aku memaksa Dimas menemaniku ke kelas itu.
Jam menunjukkan 11:58 saat kami sampai di depan pintunya.
“Kalau aku ketemu hantu beneran, gue keluar sekolah besok
juga,” kata Dimas sambil ketawa gugup.
Pukul 12:00… pintu terbuka sendiri. Tidak ada angin. Tidak
ada siapa-siapa. Tapi hawa dingin menguar kuat dari dalam.
Kami masuk perlahan.
Kelas itu kosong. Tapi di atas salah satu meja, ada sebuah
lembar soal ujian yang tampak usang.
Tulisannya samar, tapi masih bisa dibaca:
"UJIAN AKHIR: TULIS ULANG HAL YANG TELAH KAMU
SEMBUNYIKAN"
Dimas berusaha membakar kertas itu karena merasa tidak enak.
Tapi... kertasnya tidak terbakar. Api malah padam sendiri.
Dan saat kami hendak keluar…
Pintu menutup sendiri.
Cahaya padam. Dan dari pojok kelas, terdengar suara langkah
kaki.
"Kamu sudah janji bantu aku, kan, Rina?"
Aku menoleh ke Dimas. Wajahnya pucat. Bibirnya
bergerak-gerak, tapi tak bersuara. Lalu…
Dia ditarik ke bawah meja.
Ditarik oleh tangan pucat yang muncul entah dari mana.
Aku menjerit dan mencoba menarik Dimas…
Tapi saat aku pegang tangannya…
Tangan itu bukan tangan Dimas. Itu tangan Tania.
Matanya merah, bibirnya sobek membentuk senyum aneh.
"Sekarang tinggal kamu."
- Bersambung
Location:
Kota Semarang, Jawa Tengah, Indonesia
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya

Komentar
Posting Komentar